Proses Perjalanan Buah Impor Hingga Ketangan Konsumen
Indikasi buah impor mengandung zat kimia pengawet menyerupai Lilin Parafin dan Formalin serta Pestisida kian meluas, apalagi lembaga-lembaga terkait membenarkan informasi ini.
Semua ini ada wajarnya, lantaran secara ilmiah untuk mendatangkan buah impor hingga ketangan konsumen butuh waktu yang panjang, sementara hingga berapa hari kekuatan buah segar sehabis dipetik dari pohonnya ?Karena itu para produsen buah ini melaksanakan metode bagaimana cara biar buah tetap segar hingga ketangan konsumen.
Sebagian besar buah impor dipanen sebelum matang, alasannya ialah proses pengepakan dan pengiriman ke negara lain akan memakan waktu lama. Karena itu sebagian besar buah impor harus dilakukan proses kimiawi biar tidak cepat layu atau busuk. Karena itu sebelum pengiriman harus dilakukan beberapa proses terlebih dahulu.
Berdasarkan penelitian dari Teknologi Pengawetan dan Pengemasan Buah-Buahan Pusat (Jakarta), pengemasan dipakai plastik poliethylen dan polipropilen guna mencegah anthiacnose. Untuk jenis bahan pengawet yang aman dipakai selama ini ialah larutan fungisida banlate 0,1% panas dengan suhu 55 derajat celcius, dan banlate 0,1% dingin, perendaman dengan CaCl2 yang lalu disimpan dalam cold storage.
Selama dalam penyimpanan pengamatan terus dilakukan untuk menganalisa kimia terhadap kadar air, gula dan pH. Dari hasil ini bisa dilihat proses kimia tersebut bisa memperpanjang umur simapn buah-buahan hingga 13 hingga 14 hari.
Berdasarkan uji organoleptik dari warna, tekstur hingga hari ke 7, dengan metode ini menyampaikan bahwa kadar air semakin usang semakin menurun, sedangkan kadar gula dan pH meningkat hingga penyimpanan selama 14 hari.
Sementara biar buah tetap kelihatan segar dan mengkilap, tidak sedikit produsen buah-buahan memakai lapisan sejenis lilin parafin untuk menghambat penguapan ketika proses pembusukan buah berlangsung. Namun sayang meskipun tertutup parafin masih saja ada zat-zat yang melekat pada buah menyerupai yang sering terjadi di perkebunan buah non organik. Biasanya para petani menyemprotkan pestisida beberapa ketika sebelum buah dipetik, sehingga pestisida masih melekat di kulit buah.
Menurut Prof. Ahmad Sulaeman, Pakar Keamanan Pangan dan Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor mengatakan, bahwa orang yang mengonsumsi pangan beresidu pestisida bisa menyebabkan demaskulinisasi yanga akan mengganggu perkembangan organ reproduksinya. Risiko lain yang mengancam akan lahir bayi-bayi yang riskan terhadap leukemia dan autis.
Proses penditribusian buah pasca petik dari kebun hingga ketangan konsumen butuh waktu dan perjalanan yang tidak sebentar. Dari hal tersebut inilah yang menciptakan hampir semua buah-buahan impor harus dilakukan proses pengawetan dan pengepakan dengan metode tertentu untuk menjaga biar buah tetap segar dan cerah hingga ketangan konsumen. (SELARAS).